Hidup dengan
Rheumatoid Arthritis (RA)
Akhir
tahun 2013, saya di diagnosis dokter terkena penyakit Rheumatoid Arthritis
(RA). Sebuah penyakit autoimun yang belum pernah saya dengar sebelumnya.
Diagnosa dokter menjadi jawaban atas sakit di sekujur tubuh saya selama enam
bulan sebelumnya. Saya piker saya kena asam urat karena telapak kaki,
persendian, tangan, bahu ya nyaris sekujur tubuh sakit semua. Penyakit karena tingginya
imun tubuh saya ini menyerang jaringan tubuh saya yang lain yang sebenarnya
sehat.
Sejak
kena RA saya kesulitan untuk berjalan cepat, mata saya buram dan kulit saya
merah2. Setiap hari saya harus mengkonsumsi obat anti inflamasi yang bertujuan
untuk mengurangi peradangan. Walaupun tiap hari minum obat, tetap saja saya
sulit
berjalan apalagi setiap bangun tidur di pagi hari atau habis duduk atau
berdiri terlalu lama. Badan kaku semua dan mata buram yang paling mengganggu
aktivitas saya.
Bertahun-tahun
minum obat, saya sampai pada titik kebosanan mengkonsumsinya. Saya hentikan
minum semua obat dan saya hanya minum teh hijau. Ketika akhirnya badan saya
sakit lagi, saya coba mencari ‘second opinion’ ke dokter lain. Ternyata seperti
petir di siang bolong, dokter terakhir bilang kalau saya bukan sakit RA tapi PA
alias Psoriatik arthritis. Memang sejenis penyakit autoimun tapi PA lebih Nampak
pada kulit yang bersisik seperti lilin.
Saya
makin bingung. Hasil lab saya bawa ke dokter lain yang bilang bahwa saya lebih
cenderung sakit RA. Sudah lebih dari 3 dokter yang saya datangi dengan biaya
pengobatan dan obat-obat yang mahal, akhirnya membuat saya berhenti untuk
berkonsultasi dan berobat. Saya capek. Toh mata buram dan fisik saya yang mudah
lelah serta kaku sekujur tubuh juga tidak membaik. Saya hanya berdoa pada Allah
semoga penyakit saya disembuhkan. Untuk teman-teman penderita RA atau yang
punya gejala seperti saya, segeralah ke dokter untuk mendapatkan diagnose pasti.
Tetap semangat. Jangan lupa istirahat dan jangan stress ya.
Komentar
Posting Komentar