MARAH DAN MARAH-MARAH
Pelampiasan Emosi atau Hobi?

Si A bercerita, “Tadi pagi si Bos marah soal berkas yang terlambat disetorkan, kemarin dia juga marah soal file salah folder. Masak sih tiada hari tanpa marah buat dia?. Oke deh Saya salah, tapi sudah Saya perbaiki. Sebenarnya dia marah karena emosi atau hobi sih?”.

Orang bisa marah karena hal sepele, seperti kakinya terinjak atau keliru dalam penyebutan nama. Bagi sebagian wanita, dibilang gemuk atau bahkan terlalu kurus, sangat menyinggung perasaan. Marah adalah hal yang wajar karena manusia punya keterbatasan dalam hal kesabaran. Marah sekali lumrah tetapi kalau berulang kali alias terus-menerus marah, itu bisa disebut marah-marah. Bila sudah sampai titik ini, wajarkah marah disebut sebagai pelampiasan emosi?. Atau memang Anda hobi marah, karena kadang tanpa sebab, emosi langsung memuncak?



Dari definisi online tentang marah dan marah-marah yang saya dapat dari ‘Mbah Google’, maka dalam kerangka pemikiran saya, marah adalah keadaan yang membuat seseorang menjadi sangat tidak senang, terhina sehingga muncul suatu emosi. Tetapi kalau marah-marah, berarti kemarahan atau keadaan tidak senang tadi dilampiaskan secara terus-menerus bahkan terkadang sudah tidak sesuai lagi dengan inti penyebab kemarahan.
Emosi bisa timbul karena hal sepele tapi ada pula yang timbul karena dendam atau amarah yang dipendam selama beberapa waktu. Orang bisa marah karena tindakan yang disebabkan oleh faktor kesengajaan atau ketidaksengajaan. Kaki terinjak, walaupun sudah minta maaf karena tidak sengaja, pasti orang yang terinjak akan langsung marah karena kesakitan. Wanita tertentu bisa jadi langsung marah ketika dibilang gemuk atau bahkan terlalu kurus. Karena bagi wanita, terlihat gemuk atau terlalu kurus sangat merusak pemandangan, tidak menarik yang berujung pada rasa kurang pede.
Bentuk kemarahan pun pasti berbeda pada setiap orang. Ada orang yang semakin diam pada saat marah. Tanpa diberitahu, orang lain yang mengenal pribadi seperti itu, akan langsung mengerti bahwa orang tersebut sedang marah. Ada juga orang yang marah dengan suara tinggi, marah dengan membanting pintu, marah dengan mengeluarkan kata-kata yang kurang pantas, marah dengan mengurung diri di kamar dan bermacam aksi marah lainnya. Semua itu merupakan bentuk pelampiasan emosi, sehingga bila dia telah melakukan tindakan tersebut, hati nya lega dan kemarahannya sirna. Bahkan sekarang muncul kecenderungan bentuk marah dengan menyakiti orang lain baik secara lisan maupun fisik.
Sebenarnya, pantaskah kita marah? Jawabannya sangat pantas. Pertama, karena kita adalah manusia yang penuh dengan keterbatasan. Kesabaran kita ada batasnya dan ketika batas itu sudah terlampaui, maka timbullah marah kita yang kadang sulit untuk dikendalikan. Kedua, marah sebenarnya adalah keadaan dimana kita bisa mengurangi beban perasaan yang selama ini menghimpit dan membuat sesak di dada. Daripada jadi penyakit, lebih baik kita keluarkan. Ketiga, marah menjadi wajar ketika apa yang ada sesuatu hal yang kurang benar atau kurang sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

Manajemen Marah
Marah karena emosi sebenarnya bias dikendalikan agar kemarahan kita tidak menyakiti orang lain atau sering disebut ‘marah pada tempatnya’ sehingga marah itu bermanfaat. Mana ada marah bermanfaat?. P. Henrietta Siswadi, S. Psi, dosen pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengatakan, Marah yang bermanfaat adalah marah yang tepat dan sudah dikelola dengan baik. Hal ini jelas tidak mudah, butuh waktu, kesabaran dan hati yang lapang, tapi bukan berarti tidak dapat dilakukan. Langkah pertama yang perlu dilatih terus menerus adalah menyadari ketika kita merasa marah.
Sadari bahwa saat ini aku sedang marah. Proses menyadari adalah langkah awal untuk mengendalikan dan mengelola amarah.
Setelah menyadari, seseorang perlu memahami dan menerima alasan kenapa ia marah. Inilah langkah yang kedua, proses memahami dan menerima bahwa ada sesuatu yang membuatnya marah.
Termasuk dalam proses memahami adalah mengevaluasi penyebab kemarahannya.
Lebih lanjut Henrietta menjelaskan, langkah yang ketiga adalah mengelola atau mengekspresikan amarah dengan tepat. Jika kita punya alasan yang tepat, misalnya bukan hanya meluapkan emosi, tetapi juga demi pembelajaran bagi orang lain, kita dapat mengungkapkan kemarahan kita.
Kemarahan yang bermanfaat tentu saja bukan kemarahan yang ingin membalas atau menyakiti orang lain, melainkan marah yang mendidik dan membangun.
Cara lain yang dapat kita lakukan adalah mengelola dengan mengubah amarah yang kita rasakan menjadi hal yang positif bagi diri kita. Kita dapat mencoba melihat sisi positif dari kejadian yang membuat kita marah, mengambil hikmah atau pembelajaran dari kejadian tersebut.

Marah Sekali Saja dan Fokus
Bagaimana mengelola kemarahan memang tidak mudah dan semua butuh waktu. Tidak ada orang yang mau marah dan tidak ada orang yang mau di marahi. Tapi kalau toh itu terjadi, setidaknya kita telah dapat mengendalikan emosi dan bukan dikendalikan emosi. Inilah kondisi dimana kemarahan kita menjadi suatu hal yang wajar dan bukan berlebihan.
Bila kita marah karena kaki kita diinjak orang lain, ya fokuslah pada kemarahan karena rasa sakit yang mendera. Sangat wajar kita marah, karena sakit itu menyebabkan kesabaran kita habis. Tetapi pahamilah, bahwa orang yang menginjak kaki Anda tidak sengaja melakukannya, telah meminta maaf dan berjanji tidak ankan mengulanginya. Seiring dengan berkurangnya rasa sakit di kaki, saya yakin marah Anda akan terhenti. Jadikanlah peristiwa itu sebagai peringatan bagi Anda agar lebih berhati-hati melangkah dan jangan sampai mencederai orang lain . itulah marah yang wajar.
Tapi bila Anda terus marah karena hal tersebut dan terus-menerus mengeluarkan kata-kata yang kurang pantas yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan proses terinjaknya kaki Anda, itulah marah-marah. Marah yang tidak jelas fokusnya yang akhirnya hanya membuang waktu dan energi saja bagi Anda dan orang lain. Disitulah emosi telah mengendalikan Anda.
Marah sekali lagi terhadap sebuah permasalahan dan fokus untuk menuntaskannya adalah tindakan bijak pelampiasan emosi. Sedangkan marah yang terus-menerus alias marah-marah yang berujung pada tidak fokusnya permasalahannya adalah sebaliknya, merupakan tindakan sia-sia, buang-buang energi, pikiran dan waktu. Maka, marahlah supaya Anda lega dan bukan marah-marah karena hal yang tidak jelas….(foto:teknikdiet.com)

Komentar

Postingan Populer