Berteman dengan Anak
Kita
Ayah bunda, inilah potret anak masa kini. Anak-anak terutama yang lahir
setelah tahun 2000. Mereka gesit dan punya rasa keingintahuan yang besar.
Mereka hidup dan tumbuh gadget nya karena kebanyakan anak-anak sekarang tinggal
bersama kedua orang tua yang sibuk bekerja, sehingga gadget menjadi salah satu
teman hidup mereka. Tuntutan ekonomi yang makin tinggi, memaksa para orang tua
untuk bekerja ekstra, bahkan sampai mengorbankan waktu libur bersama anak-anak
demi karier dan uang lembur.
Jangan salahkan anak kita, ketika dia lebih dekat dengan HP nya karena
dengan HP mereka bisa ber-facebook ria, selfie di instagram atau chat dengan
teman sebaya. Anak menjadi lebih dengan dengan laptopnya, bukan untuk belajar
tapi untuk main games. Games lah memberi mereka peringkat, menjadikan mereka
anak juara, menjadi wahana bagi mereka untuk bertanding dan menjadi pemenang.
Lantas bagaimana kita sebagai orang tua bisa menjadi teman bagi anak kita ?
Lihatlah, anak-anak lebih dekat dengan sahabatnya. Ketika mereka ada
masalah, curhat kepada sahabat. Mereka punya pacar, ceritanya pada sahabat.
Seakan tak ada rahasia bersama sahabatnya. Kalau mereka mengadu kepada orang
tua, adanya marah dan justifikasi alias disalahkan oleh orang tua. Anak bercerita
ketika dia sudah mulai naksir lawan jenis atau bahkan sudah pacaran, maka orang
tua akan marah.
Bersama orang tua, anak-anak merasa tidak mendapatkan solusi, berbeda
dengan curhat pada sahabatnya. Marilah kita menjadi teman bagi anak kita dengan
menjadi pendengar yang baik, jangan memotong pembicaraan mereka, biarkanlah
mereka mengeluarkan semua uneg-unegnta. Terhadap hal negatif yang diutarakan
anak, sebaiknya tidak kita tunjukkan reaksi berlebihan. Usahakan datar dan
netral sepanjang masalah mereka tidak menyalahi aturan agama dan norma.
Berusahalah untuk menjadi teman sebaya bagi mereka dengan tidak menggurui.
Bertemanlah juga dengan teman-teman mereka...Semoga bermanfaat (Foto:ilustrasi dr google)
Komentar
Posting Komentar