Libur Lebaran di Bali, Siap-siap Macet Yaaaa..
Liburan lebaran 2017 ini aku rancang sejak 6 bulan sebelumnya karena banyak yang harus dipersiapkan selain alas an pengen dapet harga tiket dan penginapan yang murah. Hemm…dasar emaks tetep aja perhitungan.hehehehe.
Untuk lebaran yang jatuh bulan Juni, aku sudah hunting tiket pesawat dan hotel sejak Januari. Tapi karena emang judulnya high season, semurah-murahnya tetep aja mahal. Tiket pesawat yang biasanya bisa aku dapet dengan harga 300 ribu di hari biasa, ini dijual dengan harga 700 ribu untuk rute Surabaya-Denpasar. Demi libur lebaran bareng keluarga, aku tetep beli tiket mahal itu.
Adikku dan keluarganya juga ortuku datang dari Jakarta. Judulnya, kami janjian ketemu di Bali pada 25 Juni. Tiket pesawat PP Jakarta-Denpasar untuk masing-masing orang berkisar 2 jutaan. Normalnya cuma 700 ribuan aja sebenarnya, tapi ya sudahlah. Ada request dari adikku dengan dua anak kecilnya. Selama di Bali, mereka hanya ingin puas-puas main pasir di pantai jadi tugasku adalah memilih hotel dekat dengam pantai. Tentunya yang budget ya…heheheh
Aku dan anakku, Kevin tanpa direncanakan dapet tiket berangkat ke Bali lebih awal yaitu tanggal 24 Juni so aku harus hunting voucher hotel murah lagi. Karena aku dan anakku berangkat pada malam takbiran, maka kami memilih hotel dekat dengan masjid besar supaya mudah melaksanakan shola tied. Akhirnya kami pilih Hotel Sovereign yang memang hanya selangkah menuju masjid.
Alhamdulillah kamar hotel yang kami pesan penuh untuk jenis deluxe. Sesuai peraturan, maka kami mendapatkan kamar pengganti (upgrade) ke premiere room. Kamarnya lapang sekali, ada ruang tamunya. Luas…jujur ini bisa menampung kami sekeluarga sebenarnya.
Suara takbir di Bali tak banyak terdengar.
Di negeri mayoritas Hindu itu, Alhamdulillah kami masih bisa mendengar takbir
karena lokasi hotel dekat dengan masjid. Udara 1 Syawal terasa sejuk dan
cenderung mendung. Alhamdulillah langit yang semula tertutup awan mendung,
bergeser perlahan cerah seiring selesainya shola tied pagi itu. Inilah
pengalaman shola tied pertamaku di Bali. Karena minoritas, warga muslim
terlihat rukun dan harmonis. Bahkan sholat kami, dibantu pengamanan dari warga
lokal yang non muslim. Seandainya kerukunan itu bisa terus terjaga ya…aaaminnn.
Adikku dan rombongan baru akan sampe di Bali
nanti sore. Aku dan Kevin, anakku punya sedikit waktu sebelum menjemput mereka
di bandara Ngurah Rai. Tapi karena fisik yang cukup lelah maka aku dan Kevin
memutuskan stay aja di hotel sampai check out sambil bersantai. Dan pool side adalah tempat yang kami pilih untuk foto-foto...
Setelah rombongan dari Jakarta tiba, kami
langsung cus ke hotel di best western Kuta beach karena hari sudah menjelang
malam. Bali memang gak pernah sepi. Di libur lebaran ini, sepertinya ada wisata
baru di Bali yang bisa kita nikmati yaitu wisata macet.hehehehe. Perjalanan
dari bandara ke Kuta yang bisanya tak lebih dari 20 menit, kali ini kami tempuh
nyaris dalam satu jam. Karena hari sudah gelap dan orang tua kami juga sudah
capek, makanya kami makan malam di Beachwalk saja. Foodcourt beachwalk yang
baru selesai di renovasi, malam itu padatttt sekali pengunjungnya.
Hari pertama di Bali, aku dan rombongan
keluarga memutuskan berwisata ke Tanah Lot dan Bedugul. Hotel sepertinya full booked banget. Parkir penuh. Jadi kami harus menunggu proses mengeluarkan mobil sampai ke lobby sekitar 30 menit. Gak ada yang bisa dilakukan setelah sarapan dan sambil nunggu mobil selain???foto-foto pasti...
Aku dan adikku, che-che
Sampai Tanah Lot, udara
masih cerah. Keluarga kami puas berfoto. Ini salah satunya...
Dari Tanah Lot kami meluncur ke
Bedugul. Sebelum menuju obyek wisata Bedugul, kami mampir makan siang di resto
ayam taliwang depan obyek wisata persis dan lanjut sholat Dhuhur. Mendung
tiba-tiba yang berlanjut dengan hujan deras sempat menghentikan perjalanan kami
di Bedugul. Aku dan orang tuaku memilih untuk duduk-duduk saja menikmati
secangkir kopi sambil menghangatkan tubuh. Adikku dan keluarganya saja yang
masuk ke obyek wisata dan berfoto-foro ria disana.
Keponakanku, Rasya dalam siluet
Menunggu hujan reda di resto taliwang depan Bedugul. Aisyah makan strawberry segar dulu ya
Dari Bedugul karena sudah cukup sore dan
gerimis, kami putuskan untuk lanjut ke Denpasar saja dan makan malam di bebek
Slamet jalan Dewi Sri.
Hari kedua, kami jalan-jalan ke Tanjung
Benoa. Bukan wisata estrem yang kami cari karena kami bawa anak-anak dan orang
tua, tapi wisata santai yaitu
mengunjungi pulau penyu. Dengan menaiki perahu, kami sekeluarga menyeberang ke Pulau Penyu dari Tanjung benoa. Tarif lebaran, biasanya 1 perahu hanya 300 ribu saja tapi karena high season jadi 500 ribu deh.
Di Pulau Penyu banyak hewan seperti ular, penyu yang bahkan ada yangberumur 75 tahun lo. Umur maksimal penyu biasanya sampai 150 tahun. Penyu itu senang sekali makan rumput laut. Makanya, kalo pengen awet muda, makan rumput laut ya kayak penyu..hehehe.
Ikon Pulau Penyu
Kevin dan Rasya memberi makan penyu
Sebenarnya banyak wisata petualangan yang ditawarkan pengelola wisata Tanjung Benoa. Ada banana boat, parasailing dan wisata menantang lainnya. Tapi karena gak bawa kamera action (alasan, padahal sih karena mahal) jadi kami gak bisa gaya kayak gini nih...
Dari Tanjung Benoa kami menuju GWK alias
Garuda Wisnu Kencana. Karena fisikku dan ortuku gak memungkinkan untuk naik
tangga di GWK, maka hanya adikku sekeluarga yang masuk ke obyek wisata ikon
Bali itu.
Ini adikku sama suami en anak-anaknya
Sore hari itu adalah yang paling
ditunggu-tunggu. Dinner di Jimbaran. Senangnya keponakanku main pasir di pantai
itu. Tapi setelah selesai makan, dari Jimbaran menuju Kuta…fuihhhh macetnya.
Rugi lo..kalo ke Bali gak bisa bikin foto kayak gini..cuma pake HP aja nih
antri makanan datang lama banget, jadi kita foto minus makanan nih
Besoknya ada request dari mamaku untuk
mampir ke Sukawati Ubud. Baiklah ini adalah edisi belanja. Ibu-ibu biasanya
senang, tapi anak-anak rewel sepanjang perjalanan. Hehehehe
Tips belanja di Sukawati : jangan takut nawar serendah-rendahnya ya. No gengsi deh pokoknya. Terus hati-hati dengan copet ya bu..
Kalau sudah ke Ubud gak sip rasanya kalo
nggak mampir ke resto bebek tepi sawah. Tanpa reservasi kami nekat kesana yang
pasti sudah full. Tapi Alhamdulillah kami dapat seat. Puas makan bebek dan
foto-foto, kami kembali ke hotel Karena sore itu adalah sore terakhir kami
menikmati sunset Kuta Bali.
Kamis pagi hari itu adalah sunrise terakhir kami di Bali. Karena hotel kami di Kuta, maka kami sempatkan untuk main pasir di Kuta. Pantai masih sepi dan tenang tidak seriuh sore hari.
Jejak kaki Rasya di Kuta..
Hari kami kami pulang menuju kota
masing-masing. Sebelum ke Bandara, kami mampir ke pusat oleh-oleh Krisna dan
makan siang di pecel bu tinuk.
Bye holiday, welcome cucian kotor!!
Komentar
Posting Komentar