Kalau Ke Kupang,
Sonde Susah
Orang bilang, NTT itu negeri yang cantik. Untuk membuktikannya, saya sengaja pergi ke Kupang dan ini oleh-olehnya.
Alhamdulillah, itulah kata pertama yang terucap kala pesawat sudah bisa berhenti dengan sempurna. Sama seperti penerbangan lain, Saya masih menemukan beberapa penumpang yang bahkan sudah sibuk menelepon kerabat tepat saat pesawat berusaha landing. Ah, Indonesia. Ini sudah jadi pemandangan umum. Himbauan bahkan peringatan kru pesawat seolah jadi angin lalu. Capek deh.
Setelah landing, rombongan kami diajak istirahat dan check in di Hotel on The Rock Kupang. Hotelnya bagus banget, persis di tepi laut.
Puas berkeliling hotel dan foto-foto, saya dan beberapa teman melanjutkan perjalanan, menelusuri Kota Kupang yang cantik secantik sang nona.
Keluar dari hotel sore hari itu, tiba-tiba kami menemukan tukang pisang goreng yang jualan di sebelah hotel persis. Gak ada yang istimewa sih tapi pisgor itu pas banget dinikmati sambil menemani acara jalan-jalan kami keliling Kupang.
Warna alam yang cenderung gelap mendominasi pemandangan. Abu-abu batu, hijau tua daun kering dan tanah coklat kemerahan. Fuihhh, panas dan gersang sekali. Di tengah semua rasa, tiba-tiba keceriaan muncul. Adalah Bunga Sepe (Bunga Pohon Flamboyan, Red) yang mengubah rasa hati saya. Awalnya kami temukan Sepe berdiri kokoh di depan gerbang Bandara El Tari. Pohonnya besar sekali dan bunga berwarna merah kekuningan cenderung oren itu seolah menyambut semua tamu yang baru mendarat atau akan berangkat melalui Bandara El Tari. Saking cakepnya bunga ini, Saya dan teman saya, Esmi jadi pengen foto-foto deh.
Bunga Sepe adalah sebutan yang diberikan oleh orang Kupang yang mengandung arti harapan. Bunga ini amat istimewa karena hanya mekar pada Bulan November sampai Desember. Patut rasanya, masyarakat Kupang memberikan nama sepe pada bunga yang hanya mekar pada akhir tahun, seolah memberikan harapan hidup yang lebih baik di tahun mendatang. Pohon Sepe aslinya dari Madagaskar dan mampu bertahan hidup pada daerah karang dan berbatu. Sepe mampu berdiri tegak pada daerah dengan tingkat sinar matahari yang cukup tinggi bahkan dengan sedikit air. Berbahagialah Kupang karena hanya Kupang lah yang dipilih Sepe untuk tumbuh dan memberikan keceriaan bagi masyarakat Kupang yang terbiasa hidup di alam yang kering. Warna ceria Bunga Sepe yang mekar hampir bersamaan dengan masuknya musim hujan juga membawa kesejukan bagi warga Kupang.
Selain bunga sepe, ternyata ada lagi hal menarik yang saya temukan di Kupang yaitu lagu Mogi ye. Saya mendengar lagu itu pada suatu acara dan terkesima sampai sekarang.
Menurut ’Mbah’ Google, Mogi adalah lagu ciptaan Ivan Nestorman, musisi kelahiran NTT. Lagu Mogi Ye makin popular sejak dibawakan oleh Mario G Klau pada ajang The Voice Indonesia pada tahun ini. Jujur, Saya sangat penasaran dengan arti lirik lagu itu. Setelah searching, Saya baru tahu kalau lagu itu di dedikasikan oleh penciptanya untuk sang istri, Katarina Mogi sebagai bukti cinta yang amat dalam. Ah, Mogi Ye. Lirikmu memang amat sederhana tapi lagumu telah menghipnotis sekaligus menghibur banyak orang, termasuk Saya.
Sebelum meninggalkan Kupang, pada seorang teman Saya request untuk mampir dulu mencicipi kuah asam Kupang yang terkenal. Akhirnya, kami mampir di Warung Artis yang letaknya tak jauh dari Pelabuhan Tenau Kupang.
Kelezatan kuah ikan asam di warung itu tak diragukan lagi. Gurih, tidak amis dan ramah di kantong pula. Banyak menu yang disajikan di warung itu, tapi pilihan kami tetap pada kuah ikan asam. Saya memilih tidak mengambil menu prasmanan yang ditawarkan pada acara peresmian E-RTG, demi menyantap kuah ikan asam. Banyak warga lokal juga tamu dari luar kota mulai masyakat biasa sampai public figure mampir di warung itu. Makanya, warung itu disebut Warung Artis. Luas nya tak seberapa, sehingga demi menyantap kuah ikan asam, kita harus rela berbagi tempat di pengunjung lain.
Kuah ikan asam adalah menu yang paling favorit. Demi menjaga mutu masakan, sang pemilik hanya menyediakan 25 porsi kuah ikan asam saja setiap harinya. Karenaya, Saya dan teman-teman sempat dibuat deg-deg an, takut gak kebagian. Harga per porsi kuah ikan asam sangat ramah di kantong. Untuk menikmati semangkuk kuah ikan asam, kita cukup merogoh kocok 17 ribu saja. Kami berlima hanya membayar tak lebih dari 120 ribu untuk kuah ikan asam dengan nasi dan es kelapa muda.
Kuah ikan asam telah mengembalikan energy kami yang nyaris habis meliput acara sejak pagi. Tiba saatnya kami harus kembali ke Surabaya. Perjalanan menuju bandara dipayungi mendung gelap yang dilanjutkan dengan hujan deras. Memasuki Bandara El Tari, kami kembali bertemu Bunga Sepe. Selamat tinggal, Kupang.
Komentar
Posting Komentar